Perlahan aku sadar, bahwa sebenarnya kita tidak bisa percaya kepada seseorang dengan segenap hati. Aku lupa bahwa setiap orang punya kesempatan, kesempatan untuk mengecewakan kita.
Berharap suatu hari nanti bisa bertemu dengan orang-orang yang memiliki pemikiran bahwa kejujuran di atas segalanya. Bertemu dengan sekawan yang memang memandang lebih baik jujur menyakitkan daripada berbohong manis namun menenangkan.
Waktu pun akhirnya menjawab, seleksi alam pun terjadi. Daun-daun pun layu jatuh berguguran, hanya akar terkuat yang akan mengakar lebih dalam.
Terima kasih kepada mereka yang telah menjadi jujur dan baik. Sebagai makhluk ciptaan-Nya, aku sadar menjadi pribadi yang baik adalah kewajiban. Sekalipun ada orang yang berbuat tidak baik. Jika memang kepercayaan terhadap sesama adalah mudah, mungkin sudah kulakukan. Sayang, kepercayaan tidak seperti itu bagiku.
Bukankah setiap orang-orang yang hadir di hidup kita selalu beralasan? Entah mendewasakan atau memberi kenyamanan. Satu hal yang detik ini aku percayai dengan sungguh, tidak akan ada pribadi yang berkembang, jika tidak melewati rasa sakit, “no pain no gain”. Mungkin untuk menjadi pribadi yang kuat kita harus bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian, ah percayalah semua ada hikmahnya.
Tuhan, ijinkan aku menjaga dengan betul orang-orang yang menjaga kepercayaan dan rasa jujur jika nanti mereka datang ke hidupku. Tuhan, relakanlah aku melepas manusia-manusia yang lisannya menganggap kebohongan sebagai pencuci mulut itu pergi dari hidupku. Aku tahu, Kau menguji umat-Mu karena Kau mencintai dan ingin selalu membuat mereka lebih baik.
Terima kasih Tuhan, terima kasih manusia-manusia, karena tanpamu aku mungkin hanya menjadi manusia biasa-biasa saja.
Bandung, 03 Juni 2016
Rara Febtarina